Manokwari (KADATE) – Dalam rangka mendukung peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pemberdayaan masyarakat lokal, Irianto Jusuf, S.Hut, selaku pengelola Ekoeduwisata berbasis pengamatan Insecta Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat di Kabupaten Pegunungan Arfak, menyerahkan produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) berupa hiasan bingkai kupu-kupu kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat.
Produk ini merupakan hasil kolaborasi antara CDK I Pegunungan Arfak atas dukungan Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Ninsimoy yang diketuai oleh Simon Induwek.

Produk ini menjadi bagian dari pengembangan Ekoeduwisata pengamatan Insect yang memanfaatkan kekayaan biodiversitas Pegunungan Arfak—khususnya jenis kupu-kupu endemik untuk meningkatkan nilai edukasi dan ekonomi masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat Jimmy Susanto menyampaikan apresiasi atas inisiatif ini dan menegaskan komitmennya dalam mendukung pengembangan produk lokal.
“Kami akan terus mendorong kegiatan-kegiatan masyarakat, baik melalui KTH maupun perhutanan sosial lainnya. Produk seperti ini tidak hanya bernilai ekonomi, tapi juga mewakili identitas dan kekayaan hayati daerah kita,” ujar beliau.
Lebih lanjut, Jimmy susanto menyatakan bahwa pihaknya akan menjalin kerja sama dengan Kementerian Hukum dan HAM untuk mematenkan produk-produk masyarakat berbasis biodiversitas lokal.
“Kekayaan seperti kupu-kupu sayap burung Pegunungan Arfak harus dilindungi secara hukum agar tidak diklaim pihak luar dan bisa menjadi sumber ekonomi yang sah dan berkelanjutan bagi masyarakat,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Irianto Jusuf menyampaikan harapan akan dukungan berkelanjutan dari pemerintah, khususnya mengingat tantangan geografis dan keterbatasan akses wilayah Pegunungan Arfak.
“Kami memerlukan sinergi yang kuat agar potensi luar biasa ini benar-benar memberi manfaat ekonomi dan menjadi sumber PAD yang berkelanjutan.”
Ketua KTH Ninsimoy, Simon Induwek, mengungkapkan rasa bangganya atas pengakuan terhadap karya kelompoknya. Ia juga berharap ada perhatian lebih dalam pengembangan kapasitas anggotanya.
“Kami berharap pelatihan yang lebih intens bisa diberikan kepada anggota kami, agar kualitas produk semakin meningkat dan mampu bersaing, bahkan tidak kalah dengan daerah lain seperti Bantimurung atau Bali yang sudah dikenal lebih dulu,” ujarnya.
Inisiatif ini menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan kekayaan alam lokal dapat menjadi pendorong pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan dan berbasis pada kearifan lokal. (ist/daniel)