Hutan Bakau atau Perluasan Kota

Kamis, 18 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh, Yohanis Akwan, SH *)

Kabupaten Teluk Bintuni di Papua Barat memiliki mangrove atau hutan bakau seluas 200 ribu hektare. Mangrove di Teluk Bintuni terbaik di dunia setelah Raja Ampat dan mencakup 10 persen dari luas hutan mangrove Indonesia.

Di bahwa Payung Keadilan iklim luasan hutan mamgrove dicadangkan masuk pada kawasan cagat alam dengan harapan kebijakan perlindungan tidak hanya sekedar life services semata namun yang terpenting pembangunan konservasi harus dapat memajukan ekonomi masyarakat adat sekitar kawasan hutan.

Menjadi pertanyaan, ekosistem bakau /mangrove yg kita jaga untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia kedepan atau perluasan kota dengan tujuan memperpendek rentang kendali arus masuk barang dan jasa kekampung -kampung sekitar ?

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Argumentasi diluar sana pasti berpendapat, perluasan kota penting karena demi kemajuan suatu daerah agar sama seperti wilayah lain diluar sana namun menurut hemat saya jauh lebih penting adalah hutan bakau perlu dilestarikan sebagai aset penghidupan masyarakat adat kedepan.

Dengan demikian kolaborasi dari semua pihak stekholder dalam menyusun rencana desain pembanguan yang ramah lingkungan serta tidak harus merusak ekosisitem mangrove perlu diperhatikan agar mangrove kita tetap lestari sebagai cadangan protein dan oksigen bagi kegidupan mahkluk hidup secara berkesinambungan.

Tantangan lain juga terkait rencana masyarakat mendorong 4 Daerah Otomomi Baru (DOB) yaitu; Moskona, Babo, Sebiar dan Kuri Wamesa mengambil dua distrik di Teluk Bintuni serta kebijakan Nasional Dari Presiden Ir,Jokowi Melalui kebijakan telah menetapkan Teluk Bintuni dijadikan sebagai Kawasan Industri setelah merauke papua.

Oleh sebab itu penting sekali perencanaan detail utk menyelamatkan hutan bakau teluk bintuni dari ancaman deforstasi dan dekradasi hutan bakau/mangrove sebagaimana kekuatiran kita diatas.

*) Aktivis Pemerhati Lingkungan di Papua Barat

Berita Terkait

Ruth Inanosa, “Simbol” Kebangkitan SDM Bintuni
Trauma Demokrasi di tanah Tabi: Warga Demta dan Yokari pertanyakan netralitas penyelenggara jelang PSU
Kadate perkuat kemitraan dengan BTM-CK: “Mengawal demokrasi yang mencerahkan seluruh tanah Papua”
PSU Pilgub Papua, Sokoy A: Menangkan pasangan Tomi Mano – Costan Karma “Pemimpin Berpengalaman”
Upaya peningkatan PAD melalui pengembangan produk hasil hutan bukan kayu di Pegunungan Arfak
Kunker ke Teluk Bintuni, Bupati Yohanis Manibuy sambut hangat Kajati Papua Barat
Tantangan berat personel Brimob dalam upaya pencarian IPTU Tomi Marbun
Paus Fransiskus meninggal dunia pada usia 88 tahun

Berita Terkait

Jumat, 15 Agustus 2025 - 03:00

Ruth Inanosa, “Simbol” Kebangkitan SDM Bintuni

Selasa, 15 Juli 2025 - 22:34

Trauma Demokrasi di tanah Tabi: Warga Demta dan Yokari pertanyakan netralitas penyelenggara jelang PSU

Senin, 14 Juli 2025 - 22:09

Kadate perkuat kemitraan dengan BTM-CK: “Mengawal demokrasi yang mencerahkan seluruh tanah Papua”

Jumat, 13 Juni 2025 - 19:33

PSU Pilgub Papua, Sokoy A: Menangkan pasangan Tomi Mano – Costan Karma “Pemimpin Berpengalaman”

Jumat, 2 Mei 2025 - 07:29

Upaya peningkatan PAD melalui pengembangan produk hasil hutan bukan kayu di Pegunungan Arfak

Rabu, 30 April 2025 - 13:18

Kunker ke Teluk Bintuni, Bupati Yohanis Manibuy sambut hangat Kajati Papua Barat

Rabu, 30 April 2025 - 05:28

Tantangan berat personel Brimob dalam upaya pencarian IPTU Tomi Marbun

Senin, 21 April 2025 - 09:08

Paus Fransiskus meninggal dunia pada usia 88 tahun

Berita Terbaru

Ruth Inanosa

BERANDA

Ruth Inanosa, “Simbol” Kebangkitan SDM Bintuni

Jumat, 15 Agu 2025 - 03:00